Minggu, 21 April 2013

Berharap Menjadi Lelaki



Kulihat kau disana, sedang asyik menghirup aroma asap dari dalam cangkir.
Tak kulihat sedikitpun raut kelabu dari wajahmu.
Seakan tak pernah terjadi.

Kau memang tak pernah lagi sempat menolehku.
Seperti aku tak pernah tercipta.
Seperti aku tak pernah kau kenal.

Hanya dapat bersandar pada kerasnya dinding kamar.
Berharap dinding itu berubah menjadi sosokmu.

Mataku menerawang.
Terbelalak membentur langit.
Pikirku melayang, seperti layangan ditarik ulur.
Itu dirimu, dengan genangan air di sudut mata.
Bukan air mata penyesalan.
Kau hanya takut mereka menyeretmu kedalam sebuah ruangan berkeliling tiang besi yang dingin.
Kau takut sinarmu akan redup.

Andai saja aku seorang lelaki.
Andai aku punya lengan sebesar lenganmu.
Pasti sudah kutampar kau dari dulu.
Andai aku punya kaki sekuat kakimu.
Takkan kubiarkan kau melangkah seincipun.

Sebab, kaulah buronanku.
Seperti darah segar bagi vampire yang kehausan.
Ingin kugigit dan kuhisap sampai kau tak berdaya.
Atau kuubah jadi kelelawar.

Namun, aku bukanlah lelaki.
Aku perempuan lemah yang bisa saja kaubanting.
Akulah putri kayangan yang kehilangan selendangnya.
Terjebak, tak dapat kembali.
Tak berarti tanpa selendangnya.
Ingin kupinjam sayap burung atau sayap kupu-kupu, tapi tak bisa.
Kau lah pencurinya.
Akan kukejar, dan kucekik lehermu jika kau tak mau.

Akulah perempuan yang berharap menjadi seorang lelaki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar