Kamis, 27 Juni 2013

Lho... Kok Satu Jengkal???

Kejadian ini baru saja terjadi malam kemarin, yang bikin saya pengen teriak 'go*lok' sekeras-kerasnya ketelinga saya sendiri. Gara-garanya obat 'peninggi badan' yang saya beli. Sebenarnya bukan obat, tapi lebih tepatnya vitamin yang katanya bisa nambahin tinggi. Yah... saya memang pengen banget nambahin tinggi. Makanya saya rela ambil uang simpenan saya buat beli ituan. Alasannya jelas, soalnya tinggi badan saya dapat dibilang pas-pasan dibandingkan teman-teman saya, meski bukan tergolong pendek lho. Nah... akhirnya saya beli saja, mumpung kiranya badan saya masih dapat tumbuh lagi, hehheh.... Sekalian juga buat jaga-jaga, biar nanti kalau ada seleksi jadi model saya bisa langsung diterima (yah... ngarep banget).

Jadideh mulai minggu kemarin saya rutin minum gituan. Ndak hanya itu, bahkan saya punya target untuk tinggi badan saya. Kalau tiga tahun kemarin target saya cuma sampek ngepres ke kolong kulkas. Sekarang target saya adalah sampek notok ke anak tangga yang satu satuan diatas kolong kulkas (maklum ya... ngukurnya dibawah tangga). Terakhir saya ngukur, ternyata tinggi saya kurang satu genggaman plus tiga jari (banyak amat kurangnya!!). Tiap hari deh saya telatenin minum itu, gak lupa juga sekalian nggukur, berharap kekurangan saya bakal berkurang. Tapi, seperti gak ada perubahan, kekurangan saya tetep-tetep aja, masih tetep 'satu tiga'.

Sampai kemudian, saya hampir saja lupa untuk meminumnya. Akhirnya, setelah agak malam saya minum, sambil ngeliatin film paling gila yang pernah saya tonton. Film tersebut menceritakan seorang lelaki berjiwa perempuan, yang berharap diakui sebagai banci. Bukan hanya itu, diceritakan pula bahwa si banci tersebut dapat memiliki anak dengan seorang perempuan. Yang dimana anaknya tersebut tinggal bersamanya dan memanggilnya dengan sebutan 'papa', padahal sudah jelas dandanannya yang perempuan. Pikiran saya benar-benar gak nuthuk, membayangkan bagaimana jika benar-benar terjadi. 

Waktu iklan, saya langsung pergi kebawah tangga buat ngukur. Saya renggangkan jari tangan saya, lalu menaruhnya diatas kepala dengan keadaan berdiri. Saya langsung kaget waktu tangan saya yang gak muat buat berdiri. Lho... kemarinkan 'satu tiga', kok sekarang satu tangan saja gak cukup?. Saya bingung, saya coba lagi, hasilnya tetap. Saya lihat ke atas, takut saya salah anak tangga, ternyata enggak. Itu berarti, tinggi saya nambah. Rasanya saya seneeeennngggg... buuaaangget.... Hampir saya teriak, tapi untunglah, tangan saya langsung cekatan menutupnya. Hasilnya, saya cuma nganga tanpa suara. Sumpah, saya seneng banget, saya loncat-loncat deh dan hampir koprol. Baru beberapa hari
, tapi nambah tingginya banyak banget, langsung deh beribu ucapan pujian terlontar buat botol vitamin yang baru saya beli ini. Manjur amat....

Setelah tenang, saya duduk kembali, sambil nungguin filmnya mulai lagi. Karna iklannya lama, saya jadi mikir lagi. Satu tiga... satu tiga... satu tiga..., begitu kata saya dalam hati. "Lho... kok satu jengkal?" tiba-tiba mulut saya berbicara, sambil otak saya mengingat sesuatu. Adduuuh... saya baru inget deh, ternyata yang saya ukur kemarin kan pakek genggaman tangan, bukan jengkal. Akhirnya, saya balik lagi ke bawah tangga. Rasanya saya pengen nangis saat itu, tapi juga ingin tertawa melihat kebodohan saya. Ternyata masih sama, masih satu genggaman plus tiga jari. Gara-gara efek mikirin film, bikin saya jadi linglung. Sabar ya Mila... ada prosesnya.

Rabu, 26 Juni 2013

Hijab Ala Fatin Shidqia Lubis #2 (Square Hijab Tutorial)


Hello semua... apa kabar? (baek ya...???). Kabar baik buat para 'Fatinistic' yang kepengen gaya ala-ala Fatin, kali ini Mila bikin tuto hijab ala Fatin lagi (mana suaranya?. Iiiyyyyeeeeehh prok.. prokprok...). Eitss... tapi buat para akhwatnya aja ya'... yang cowok monggo tunggu diluar, hihhi... (masak cowoknya mau ikutan pakek hijab?, enggak banget kan...). Udah ahh... jangan banyak nggomong, cepetan diliat deh tutonya, nanti keburu melempem (ya??? kayak kerupuk dong...).



Pertama... kenakan inner ninja.
















Ambil hijab persegi dan lipat menjadi dua, sehingga berbentuk persegi panjang.















Pasangkan sama panjang.
















Sedikit putarkan kedalam sehingga terlihat serong seperti ini.
















Sematkan jarum dikedua sisinya.
















Ambil salah satu sisi yang sedikit menjorok, putar kebelakang dan tahan dengan jarum.















Kemudian, ambil sisi satunya lagi dan tarik keatas.
















Tahan dengan sematan jarum.












Ambil lagi ujung sisa kerudung, tarik lagi keatas.
















Sematkan lagi jarum dan sisakan sedikit ujungnya.
















Tarik ujungnya kebawah dan pasang peniti dengan hiasan yang dapat jatuh, sehingga nampak lebih cantik.















Dan jadideh, selamat bergaya ala Fatin...


Sabtu, 15 Juni 2013

Hijab Ala Fatin Shidqia Lubis #1 (Square Hijab Tutorial)


Sebenarnya saya bukan orang yang sering ngikutin acara 'X Factor'. Jangankan ngikutin, ngeliat siaran langsungnya aja gak pernah. Alasannya jelas, saya ndak suka sama yang namanya kompetisi nyanyi (maklum... jiwa saya gak ada jiwa penyanyi sedikitpun). Dan saya gak tertarik dengan yang namanya seni suara. Tapi... suatu hari saya iseng-iseng buka video nyanyinya Fatin di youtube (penasaran sama yang katanya bagus???), kan biar gak dibilang KUDET gityu... suka gak suka saya buka saja. Waktu saya buka, ternyata suaranya emang bagus, tapi saya lebih suka ngliatin Fatinnya dari pada ndengerin suaranya, hehhe.... Setelah lama ngliatin, akhirnya saya tau deh dari mana asal model hijabnya (lho... kok nyambung ke itu???). Udah deh... suka-suka Mila. Mendingan liatin yuk gimana caranya model hijab ala Fatin. Semoga bermanfaat....


Pertama... kenakan inner ninja.
















Ambil kerudung persegi, dan lipat jadi dua menjadi bentuk persegi panjang.















Kenakan dengan sebelah sisi lebih pendek.
















Tarik kebelakang, satukan ujungnya, dan jepit dengan peniti.
















Putar bagian sisi yang panjang ke arah sisi yang pendek.
















Tarik sisi yang panjang ke atas, sematkan dengan jarum.
















Kemudian, ambil sisi yang pendek.
















Tarik dan putar sehingga seperti ini.
















Sekarang, ambil sisa ujung yang tampak menjulur.














 
 Tarik keatas dan sematkan jarum.
















Putar lagi kebawah dan bentuk seperti bunga mawar.
















Jadinya kira-kira seperti ini.
















Dan... jadilah, hijab ala Fatin Shidqia Lubis. Selamat Mencoba.....



Selasa, 11 Juni 2013

Sweet Hoodie (Square Hijab Tutorial)

 

 Hijab Hoodie memang sempat meledak di tahun kemarin. Yah... gayanya yang unik nan simpel membuatnya menarik. Banyak pula beredar hijab hoodie instans saat itu. Tapi... di tahun 2013 ini apa salahnya kalau kita pakai kembali gaya hoodie style. Nah... ini dia tutorial hijab persegi dengan gaya hoddie yang sangat simpel. Silahkan Mencoba.....




Pakai jilbab persegi dengan sisi sebelah lebih panjang, kemudian pasangkan pin, sehingga terlihat seperti ini.
















Tarik sisi yang panjang ke arah sisi pendek untuk menutupi pin, sematkan jarum.
















Ambil bagian belakang, tarik ke depan.

















Letakkan untuk membuat hoodie dengan sebelah sisi lebih panjang.

















Satukan kedua sisinya agar cantik seperti ini.

















Sematkan pin agar tak lepas.

















Dan beginilah jadinya. Sangat mudah bukan?. Silahkan Mencoba.



Sabtu, 08 Juni 2013

Malaikat Untukku



Nampak bangunan besar itu berdiri kokoh, mirip sebuah benteng. Namun, arstituktur jawa terlihat lewat ukiran kayunya. Mungkin sudah sangat tua, begitu pikirku. Aku berdiri didepannya, dua buah pintu besar menghalangiku untuk melihat isi didalamnya. Pintu besar berkayu jati, ukir-ukiran membelit bagian tepinya, tua nan apik. Gagangnya berbentuk gelang logam sebesar lingkar pahaku.
Kudorong pintunya karna lama tak ada jawaban. Didalam tak ada apapun. Mirip gedung aula pertemuan. Ditengahnya mengantung indah lampu hias kuno. Rantai-rantainya menjulur dengan dop kuning yang berjejer.
Dan ahh… tiba-tiba saja aroma harum menyambarku, merangsang syaraf indra pernciumanku. Harum benar…. Aku menutup kelopak mataku, menikmati aromanya. Sedang hidungku terus mengendus mencari sumbernya. Nyaman sekali, sepertinya aroma ini sudah masuk kedalam otakku, sehingga melumpuhkan fungsinya. Membuat kakiku tak mampu lagi menopang. Tubuhku ambruk, mataku tak kuat lagi terbuka. Aku ingin tidur, aku benar-benar mengantuk. Oooaaamhh…. Aku ingin tidur….




Ada sentuhan ditelapak tanganku. Sebuah suara tertangkap digendang telingaku, memanggil namaku. Aku berusaha keras membuka mataku, tapi berat sekali. Ingin aku melihat siapa orang kurang ajar yang berani menyentuhku. Ingin kutampar wajahnya, kemudian kulabrak sampai ia ketakukan. Sebab… aku tak sudi disentuh oleh orang kurang ajar.
Ya tuhan… aku berteriak didalam hati. Kenapa mataku tak dapat dibuka?, berat sekali rasanya. Tuhan… aku tak ingin tidur untuk selamanya.
Samar-samar kulihat wajah didepanku. Sosok yang selalu kurindu. Yang telah menjadi kerikil penyumbat aliran darah. Aku tersenyum bahagia. Dialah pangeranku, yang telah membangunkan seorang putri tidur. Ohh… pangeranku…. Tanganku kaku, aku ingkar janji. Bagaimana mungkin tanganku menampar pipinya?, sedang aku terlalu sangat mencintainya.
Lama kami saling bertatapan, namun tak juga ada suara yang keluar dari mulut kami. Lama-lama kurasakan ada yang aneh. Sentuhnya yang lembut berubah mengeras. Tubuhnya menekan keras. Sedang ditangan kirinya menggenggam pisau tajam. Aku tak tahu dari mana ia mendapatkannya, tau-tau ujungnya sudah menentuh kulit leherku. Dingin besinya membuat jantungku semakin tak karuan. Aku berontak, tapi ia malah tertawa, seakan puas.
Suara-suara aneh bersahutan. Seperti ada ribuan macam suara, yang aku pun tak tahu asalnya. Suara itu menghardik, mencaci dengan kata-kata tak pantas. Semakin aku berontak, suara  itu semakin kuat saja. Membuat aku benar-benar tak tahan. Bayangan wajahnya berputar mengelilingiku, dengan gerakan cepat berkali-kali. Kepalaku berat, penglihatanku kabur dibuatnya. Aku tak tahan, kelopak mataku kembali menutup. Mungkin… aku tak akan bangun lagi. Aku takut….




Ar-Rahman…. ‘Allamal qur’an…. Khalaqal insan…. ‘Allamahulbayan….
Lantunan suara indah itu berdengung-dengung ditelingaku. Yah… Allah maha peyayang, dialah Ar-Rahman. Ia telah memberikan petunjuk yang jelas, tapi kenapa aku mendustakannya?. Oohhh… betapa bodohnya aku ini. Apakah tuhan mau memaafkanku?. Padahal aku begitu hina, bahkan tak ada orang yang menganggapku hidup. Aku ini sampah, aku sudah tak ada gunanya lagi. Akankah tuhan memaafkanku?.
Ahh… tuhan pasti memaafkanku, diakan Ar-Rahman. Lalu… kenapa aku masih tidur disini?. Apa aku takut, karna mereka semua membenciku?. Sedangkan disini ada Allah yang maha peyanyang. Aku harus bangun, tak peduli orang lain membenciku, atau menganggapku hina.
Aku membuka mataku, terlihat perempuan berjilbab itu sedang mengaji di kursi dekat ranjangku.
“Kenapa tante ada disini?” tanyaku dengan suara yang sangat lemah.
“Alhamdulillah, nak…. Akhirnya kamu sadar juga. Tante takut melihatmu begitu lemah, badanmu biru. Makanya tante bawa kamu kesini”
“Makasih te…”
“Iya, sama-sama. Kamu gak apa-apa kan” tanyanya. Aku menggeleng pelan.
“Te… ajari aku jadi perempuan yang baik” ia tersenyum, meski kutau ada air disudut matanya. Telapak tangannya membelai rambut panjangku.
“Istighfar nak… istighfar…”
“Astaghfirullah…” begitu kataku menirukan ucapannya.
“Ingat, ada Allah nak… Ia telah perlihatkan padamu betapa masih panjangnya jalan yang harus kita tempuh. Jalan panjang penuh liku, kadang bergelombang, kadang enggak. Yang selama ini kamu lihat hanya kabut putih. Cahaya itu telah menyapu kabut putih, lihatlah nak… rasakan.” Kali ini ia berhenti sejenak, smbil menatap mataku yang mulai basah.
“Kamu tahu dari mana cahaya itu?” aku hanya diam menunggu jawabannya. “Cahaya itu berasal dari rasa percayamu kepada Allah. Semakin kamu percaya, maka kamu akan terus ingat dengan jalan panjang itu.” Aku mengangguk-ngangguk.
“Apa kamu masih mau berhenti disini nak?. Hanya karna orang-orang itu menghinamu?. Kamu gak maukan cuma diem disini?. Ayo kita jalan lagi, agar kita dapat capai puncaknya.”
“Tapi… aku memang hina, te…. Akankah tuhan mau memaafkanku”
“Pasti, asalkan… kamu harus berjanji untuk tidak mengulanginya lagi”
“Iya, aku janji. Ya Allah… maafkan aku, aku menyesal….”
Aku terdiam. Semua perasaan yang menyesakkan dada itu memeleh menjadi air mata. Aku memeluknya, kini sayapnya seperti ikut memelukku. Lembut menyentuh kulit. Tangan kami saling menggenggam saat itu, terjulur selang infus diantaranya. Aliran darah kami seakan menyatu, meski tak segolongan.
Terima kasih tuhan… sudah mengirimkan seorang malaikat untukku.