Selasa, 15 Januari 2013

Coretan diatas Kertas

Ini adalah kisah kita diatas kertas.
Dulu awalnya kertas itu putih. Kemudian aku dan kamu saling berbalas mencoretinya. Kadang kamu membuat garis lurus. Tapi kadang juga membuatnya sedikit berkelok seperti ular.
Aku, kamu tak akan pernah lelah mencoretinya dengan tinta warna-warni. Menggoreskan garis-garis yang tak jelas bentuknya. Tapi aku senang melihat kertas itu yang sudah mulai penuh dengan coretan kita.
Hingga suatu hari, semuanya berubah, kamu datang dan membawakanku sebotol tinta berwarna putih. Awalnya aku bingung, kenapa kamu menggoreskan tinta putih diatas kertas yang juga berwarna putih..
Memang tak terlihat, tinta putih yang menyatu diatasnya membuat garis-garis semu. Tapi, lama-lama aku mulai menyukainya. Dan sekarang aku benar-benar menyukainya.
Ehh… kenapa sekarang coretan warna itu menjadi resesif. Mungkin, karna kita terlalu sering mencoretinya dengan tinta putih, begitulah jawabmu singkat..
Ooh… aku sedih. Ada awan hitam yang sekarang menyelimuti hatiku. Sekarang kertas kita semakin putih. Tak lagi berwarna seperti dulu.
Hhuuuh… tak terasa yah… sudah lama kita bersama. Tapi… kamu jadi semakin sibuk dengan urusan mu sendiri. Kertasnya sekarang menganggur. Tak mau lagikah kamu mencoretnya???. Ooh… aku rindu. Rindu. Rindu… sekali.
Kemudian, kamu datang kembali. Membawakan sebotol tinta putih untuk digoreskan kembali. Tapi, coba deh kamu lihat. Kertas kita sudah tua. Warnanya kusam, tak seputih dulu lagi. Apa kamu yakin akan mencoretinya?.
Lihat, sekarang coretan tinta putih itu terlihat begitu kontras dengan warna kertasnya. Meninggalkan jejak garis yang nyata.
Dan… Oohh… tidak… Mereka terlihat tidak suka dengan apa yang kita lakukan. Mereka menumpahkan cat merah itu diatas kertas kita. Merusak semua coretan yang telah kita buat. Kejam!!!.
Tuhan… betapa sakitnya hatiku saat ini. Ketas kita sudah rusak. Sudah basah dengan tinta merah. Sekarang mau kau apakan?.
Akankah kamu mau menunggunya hingga kering. Kemudian diatas bekas tinta itu lukiskanlah sebuah rumah. Tak apalah jika langitnya harus merah. Asalkan kertas itu masih milik kita. Masih utuh dan tak rusak.
Tapi… bagaimana jika kamu malah menyobeknya. Karna kamu sudah tak suka lagi dengan bekas merah diatas kertas kita. Ooh… kumohon jangan. Jangan… jangan… itu kertas kita. Kumohon jangan…….