Ini adalah kisah
kita diatas kertas.
Dulu awalnya
kertas itu putih. Kemudian aku dan kamu saling berbalas mencoretinya. Kadang
kamu membuat garis lurus. Tapi kadang juga membuatnya sedikit berkelok seperti
ular.
Aku, kamu tak
akan pernah lelah mencoretinya dengan tinta warna-warni. Menggoreskan
garis-garis yang tak jelas bentuknya. Tapi aku senang melihat kertas itu yang
sudah mulai penuh dengan coretan kita.
Hingga suatu
hari, semuanya berubah, kamu datang dan membawakanku sebotol tinta berwarna
putih. Awalnya aku bingung, kenapa kamu menggoreskan tinta putih diatas kertas
yang juga berwarna putih..
Memang tak
terlihat, tinta putih yang menyatu diatasnya membuat garis-garis semu. Tapi, lama-lama
aku mulai menyukainya. Dan sekarang aku benar-benar menyukainya.
Ehh… kenapa
sekarang coretan warna itu menjadi resesif. Mungkin, karna kita terlalu sering
mencoretinya dengan tinta putih, begitulah jawabmu singkat..
Ooh… aku sedih. Ada awan hitam yang
sekarang menyelimuti hatiku. Sekarang kertas kita semakin putih. Tak lagi
berwarna seperti dulu.
Hhuuuh… tak
terasa yah… sudah lama kita bersama. Tapi… kamu jadi semakin sibuk dengan
urusan mu sendiri. Kertasnya sekarang menganggur. Tak mau lagikah kamu
mencoretnya???. Ooh… aku rindu. Rindu. Rindu… sekali.
Kemudian, kamu
datang kembali. Membawakan sebotol tinta putih untuk digoreskan kembali. Tapi,
coba deh kamu lihat. Kertas kita sudah tua. Warnanya kusam, tak seputih dulu
lagi. Apa kamu yakin akan mencoretinya?.
Lihat, sekarang coretan
tinta putih itu terlihat begitu kontras dengan warna kertasnya. Meninggalkan jejak
garis yang nyata.
Dan… Oohh… tidak…
Mereka terlihat tidak suka dengan apa yang kita lakukan. Mereka menumpahkan cat
merah itu diatas kertas kita. Merusak semua coretan yang telah kita buat. Kejam!!!.
Tuhan… betapa sakitnya
hatiku saat ini. Ketas kita sudah rusak. Sudah basah dengan tinta merah. Sekarang
mau kau apakan?.
Akankah kamu mau menunggunya
hingga kering. Kemudian diatas bekas tinta itu lukiskanlah sebuah rumah. Tak apalah
jika langitnya harus merah. Asalkan kertas itu masih milik kita. Masih utuh dan
tak rusak.
Tapi… bagaimana jika
kamu malah menyobeknya. Karna kamu sudah tak suka lagi dengan bekas merah diatas
kertas kita. Ooh… kumohon jangan. Jangan… jangan… itu kertas kita. Kumohon jangan…….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar